CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Kamis, Februari 21, 2008

Tari Remong di Tuguh Pahlawan Surabaya



Momen ini adalah peristiwa ditahun '1995' yang lalu......dimana aku masih menjadi mahasiswa baru diKampus STKW.Ini merupakan pengalaman pertama yang tak'terlupakan buatku.


Surabaya - Surabaya Post
Pak Harto menitikkan air mata di kompleks Tugu Pahlawan, Kamis (23/11) siang tadi, saat mendengar pembacaan puisi perjuangan. Pak Harto tampak berkali-kali mengusap air mata, ketika puisi yang menggambarkan mayat-mayat para pejuang tercacah, mengalirkan d arah, dan memerahkan Surabaya, itu dikumandangkan. Kenangan pada peristiwa 10 November, 50 tahun lalu pun segera membayang pada segenap peserta Pencanangan Gerakan Nasional Pelestarian dan Pengamalan Nilai Kepahlawanan di Kompleks Tugu Pahlawan tersebut.

Sejak pagi hujan memang mengguyur Surabaya. Di arena upacara, air menggenang sebatas mata kaki, sehingga para undangan, yang terdiri atas jajaran ABRI, pelajar, KNPI, FKPPI, dan instansi, mengangkat kakinya agar sepatu tidak basah. Namun saat berdialog de ngan pejuang kemerdekaan, KNPI, dan Karang Taruna, Kepala Negara mengingatkan agar tidak mempermasalahkan hujan.
"Ini rahmad. Dengan adanya hujan semua tanaman bisa tumbuh dan berbuah, sehingga bisa kita manfaatkan, seperti yang kita harapkan. Semua juga berdoa agar hujan turun untuk tanaman agar bisa tumbuh subur. Sekarang doa itu sudah dikabulkan," kata Presiden.

Sebelumnya, saat Gubernur Jatim Basofi memberi sambutan para undangan sempat menghindar dari hujan. Suasana pun jadi agak gaduh. Yang duduk di teras khusus di samping tempat duduk untuk menteri, pejabat teras, dan pejuang, menggeser kursinya ke tengah. Be berapa tali tenda lepas, sehingga air menggerojok

beberapa undangan yang berada di belakang.
Acara ini menjadi menarik ketika muncul serangkaian gerbong penuh pemuda berpakaian pejuang dengan poster bertuliskan "Merdeka Ataoooe Mati", "Ganyang NICA", "Usir Nippon", melintas di latar belakang Tugu Pahlawan. Sejumlah lainnya berdiri di atas gerbong dengan melambai-lambaikan bendera merah putih. Acara ini mendapat sambutan sangat meriah dari para undangan.

Tari remo yang digelar dengan 300 peserta dari berbagai sekolah antara lain Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), IKIP Surabaya, Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW), Pusat Latihan Tari (PLT), yang terdiri atas Bagong, Wrahatnala, Bina Tari, S anggar Karawitan, dan beberapa lembaga lain, tampil kurang hidup. Meski demikian semangat mereka tetap besar, sejumlah penari saat ditanya mengatakan bangga. "Kami tidak mengira bisa tampil dalam acara menyambut Presiden Soeharto. Hujan bagi kami tidak me njadi soal. Pokoknya bisa tampil," ujar salah seorang dari mereka sambil menggigil kedinginan. (dew)


(cuplikan tulisan dari Surabaya Post)